Rabu, 21 September 2011

Memanfaatkan kotoran kelinci untuk membuat pupuk cair organik

Berikut ini langkah-langkah pembuatan pupuk cair dengan bantuan kotoran kelinci:
Siapkan wadah dengan kedalaman 10 cm. Masukkan serbuk gergaji (serbuk pohon kelapa) secukupnya ke dalam wadah. Lalu kelinci dimasukkan ke dalam wadah itu. Supaya kelinci tidak keluar wadah itu diletakkan di tempat yang tinggi. Kotoran dan kencing kelinci akan langsung bercampur dengan serbuk gergaji.
Biasanya setelah 3-4 hari, jika tumbuh jamur di serbuk gergaji, berarti serbuk gergaji sudah jenuh dengan kotoran. Jamur yang tumbuh itu untuk makanan bakteri.

Diabetes Melitus

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
*       defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya
*       defisiensi transporter glukosa.
*       atau keduanya.

Manfaat kunyit

Manfaat Kunyit Bagi Kesehatan dan Kecantikan
Kunyit (Curcuma longa) adalah tanaman herba berimpang dari keluarga jahe-jahean (Zingiberaceae), yang berasal dari daerah tropis Asia Selatan. Tanaman ini memerlukan temperatur 20 °C hingga 30 °C serta curah hujan yang rutin untuk tumbuh normal.
Bagian tanaman yang banyak digunakan adalah rimpangnya. Rimpang kunyit digunakan secara luas pada bidang makanan. Kari adalah salah satu jenis makanan yang menggunakan kunyit. Zat warna kuning pada kunyit (berkode E100) dimanfaatkan untuk melindungi produk makanan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Bila digunakan bersama zat warna lain, yakni annatto (E160b), kunyit dapat dimanfaatkan untuk memberi warna pada keju, yogurt, mentega, dan margarin.

Budidaya Tanaman Anggrek

Budidaya Tanaman Anggrek
A. ASPEK LINGKUNGAN
Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.
Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 + 2° C dengan temperatur minimum 15° C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.
Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit.
Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.
Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
·       Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.
·       Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
·       Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.
  • Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.
B. PERSILANGAN
Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain :
·       Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh.
·       Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur.
·       Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, dan lain-lain.
·       Bunga tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.
·       Setiap mendapatkan varietas baru yang baik, sebaiknya didaftarkan pada “Royal Horticultural Society” di London, dengan mengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida dengan beberapa persyaratan lainnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyerbukan (polinasi) adalah sebagai berikut :
·       Sediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi kecil atau tusuk gigi atau sejenisnya yang bersih.
·       Cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka, dimana akan terlihat di dalamnya polinia yang berwarna kuning.
·       Ujung lidi/tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di dalam lubang putih atau dengan sedikit air.
·       Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih sebagai wadah di bawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada waktu diambil.
·       Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).
·       Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga yang berisi catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga yang diambil polinianya.
Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Apabila penyerbukan berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada yang masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.
Dalam memilih biji anggrek yang akan disemaikan dalam botol perlu diperhatikan sebagai berikut :
·       Biji yang berwarna keputih-putihan dan kosong adalah biji yang kurang baik.
·       Biji yang baik yaitu yang bulat penuh berisi, berwarna kuning atau kecoklat-coklatan


PEMBIBITAN
Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai berikut :
·       Perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.
·       Perbanyakan generatif yaitu dengan biji. Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.
Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830.
Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).
Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh varietas baru.
Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.
PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN
1.    Persiapan Lahan
Tanaman anggrek dapat ditanam di sekitar rumah atau pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan naungan yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas cahaya tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek mempunyai potensi ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis tertentu dapat ditanam di dalam rumah kaca (green house). Selain untuk melindungi tanaman dari gangguan alam, juga akan mengurangi intensitas serangan OPT.
2.         Persiapan Media Tumbuh
Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek.
Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.
Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik.
Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula.
Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya.
Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.
Media tumbuh sabut kelapa, pakis, dan moss merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.
Serutan kayu atau potongan kayu kurang sesuai untuk media anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang baik, tetapi daya menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.
Media serutan kayu jati merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie. Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik untuk media anggrek.
Penggunaan media baru (repotting) dilakukan antara lain sebagai berikut :
·           Bila ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas.
·           Medium lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit.

3.         Penyiraman
Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp., yaitu anggrek tipe monopodial yang tumbuh di bawah cahaya matahari langsung, sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari, terutama pada musim kemarau.
4.         Pemupukan
Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengikat pertumbuhan anggrek sangat lambat.
Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan umumnya pupuk majemuk yaitu yang mengandung unsur makro dan mikro.
Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30.
Jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot. Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan yang baik pada anggrek Dendrobium sp.
PANEN DAN PASCA PANEN
Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek. Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.
  1. Bunga Anggrek Potong
    1. Ketuaan Bunga
Selama ini bunga anggrek dipanen setelah 75%-80% bunga telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp. Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp., bunga dipanen 3 sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga yang dipotong prematur akan gagal untuk mekar. Saat pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dari satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya disterilkan lebih dulu sebelum digunakan lagi pada pohon berikutnya.
    1. Temperatur
Bunga potong Cymbidium sp. dan Paphiopedilum sp. dapat bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F (10 C) dan 6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp., Cattleya sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. dan Phalaenopsis sp. umumnya bisa bertahan sampai 2 minggu kalau disimpan pada suhu 5–70 C, sedangkan Dendrobium sp. potong cukup disimpan pada temperatur 10–130 C.
    1. Pasokan Air dan Hara
Bunga anggrek potong peka terhadap kekeringan. Air yang hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet yang dilarutkan dalam air dianjurkan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong.
    1. Etilen dan Kerusakan Mekanis
Usahakan untuk menjauhkan bunga anggrek potong dari sumber/tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah dan kumpulan bunga yang sudah rusak dan layu. Ruangan untuk penanganan pasca panen (sortasi/grading dan pengemasan) hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap gas etilen dapat dikurangi dengan pemberian suhu dingin, baik setelah panen maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera dikeluarkan dari wadah pengemasnya dan diletakkan pada ruangan dingin yang bersuhu cocok untuk bunga anggrek.
    1. Penyakit
Bunga anggrek potong peka terhadap penyakit, tidak saja karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan madu yang bergizi yang sangat baik untuk pertumbuhan patogen. Kerusakan akibat penyakit ini dapat dihindari dengan managemen kebersihan yang baik di rumah kaca maupun di kebun, pengendalian temperatur, dan minimalisasi terjadinya kondensasi pada bunga potong.
  1. Tanaman Anggrek Pot Berbunga Indah
    1. Kultivar
Berbagai karakter morfologi, seperti warna bunga, jumlah kuntum bunga dan waktu berbunga telah digunakan untuk mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar baru. Pada masa yang akan datang kriteria toleransi terhadap kondisi pengangkutan, tingkat cahaya interior yang rendah, etilen dan pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam penilaian.
    1. Stadia Pertumbuhan
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase bunga yang mekar masih rendah.
    1. Temperatur
Temperatur perlu diturunkan selama siklus 2–3 minggu terakhir untuk memperkuat warna bunga dan meningkatkan kandungan karbohidrat tanaman, sehingga dapat mengakibatkan ketahanan simpan. Semua tanaman pot berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur yang lebih rendah dan kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman. Selanjutnya tanaman berbunga yang ditempatkan pada temperatur 270 C atau lebih tinggi, umumnya mempunyai warna bunga lebih pudar, batang/tangkai lebih tinggi, daun cepat menguning dan rontok.
    1. Media
Media berstruktur remah yang mudah dibasahi kembali oleh konsumen atau penata ruang sangat penting untuk menghasilkan penampilan optimum dari tanaman berbunga indah di dalam ruangan. Sejumlah gel polimer dapat digunakan untuk mempertahankan kelembaban media dan mencegah tanaman dalam ruangan menjadi kering. Irigasi dengan menggunakan wetting agent pada saat pemasaran berguna untuk memudahkan pembasahan kembali media.
    1. Pemupukan
Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 1 sampai 3 minggu sebelum pembungaan, diubah menjadi 0,5 : 1. Nisbah ini mencegah masalah keracunan amonia dan meningkatkan masa simpan.
    1. Kepekaan Terhadap Etilen
Tanaman pot anggrek berbunga indah peka terhadap etilen. Gejala yang ditimbulkan adalah kerontokan daun, kuncup dan bunga, dan kelayuan bunga, epinasti, peningkatan kerentaan terhadap mikroba dan aborsi bunga / kuncup.
Salah satu cara efektif untuk mengurangi kepekaan terhadap etilen, yaitu dengan menurunkan temperatur selama pengangkutan. Cara lain yang digunakan secara komersial adalah dengan penyemprotan daun menggunakan senyawa antagonis terhadap etilen, sehingga dapat menekan produksi etilen dalam bunga, serta mengurangi pengaruh buruk etilen.
    1. Pengairan
Kurangnya penyiraman tanaman yang berbunga indah serta membiarkannya layu akan menurunkan umur peragaan. Sebaliknya kelebihan air akan menyebabkan rusaknya akar, sehingga tanaman cepat rusak. Sebaiknya tanaman diairi tiap hari atau tiap dua hari sekali, tergantung pada tingkat cahaya, temperatur dan kelembaban, juga ukuran dan media tumbuh. Pengairan dilakukan terhadap media tanpa membasahi bunga dan daun.
    1. Cahaya
Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus dipertahankan untuk menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik, jumlah bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari.

Sumber referensi: http://www.anggrek.org/budidaya-tanaman-anggrek.html/6

STRUKTUR DNA

DNA
DNA sering disebut asam inti atau asam nukleat. DNA disebut asam inti karena biasanya terdapat didalam nukleus atau inti. akan tetapi, adapula DNA yang terdapat diluar nukleus misalnya didalam kloroplas dan mitokondria.
1.Struktur DNA
DNA terdiri dari dua utas benang polinukleotida yang saling berpilin (double helix=berpilin ganda). Seutas polinukleotida tersusun atas rangkaian nukleotida. Setiap nukleotida tersusun atas:
a.gugusan gula deoxiribosa ( gula pentose yang kehilangan 1 atom oksigen)
b.gugusan asam posfat yang terikat pada atom karbon (C) nomor 5 dari gula
c.Gugusan-gugusan basa nitrogen yang terikat pada atom C nomor 1 dari gula
Basa nitrogen penyusun DNA terdiri dari basa purin, yaitu adenin (A) dan guanin (G) serta basa pirimidin yaitu sitosin (C) dan timin (T). Ikatan gula-basa, disebut nukleosida. Ada 4 macam nukeosida yaitu:
a.ikatan A–gula disebut adenosindeoxiribonukleosida ( Deoxiadenosin)
b.Ikatan G-gula disebut guanosindeoxiribonukleosida (Deoxiguanosin)
c.Ikatan C-gula disebut sitidindeoxiribonukleosida (Deoxisitidin)
d.Ikatan T-gula disebut Timidindeoxinukleosida (deoxitimidin)
Ikatan asam posfat-gula-basa disebut sebagai deoxiribonukleotida atau sering disebut nukleotida. Ada 4 macam deoxiribonukleotida yaitu Adenosin deoxiribonukleotida, Guanosin deoxiribonukleotida, Sitidin deoxiribonukeotida & Timidin deoxiribonukleotida. Jika nukleotida-nukleotida itu membentuk rangkaian maka disebut polinukleotida. DNA terbentuk dari dua utas polinukleotida yang saling berpilin (helix ganda). Basa-basa pada utas yang satu memiliki pasangan tetap dengan basa-basa pada utas yang lain. Basa A selalu berpasangan dengan T, sedangkan basa G selalu berpasangan dengan C. Kedua basa itu dihubungkan dengan ikatan hidrogen. Dengan demikian, utas polinukleotida yang satu merupakan komplemen dari utas polinukleotida yang lain. Dengan kata lain, kedua polinukleotida pada satu DNA saling komplemen.
Model struktur DNA berpilin ganda (Double helix) dikemukakan pertama kali oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953, berdasarkan analisis foto sinar x. Oleh karena resolusi foto tersebut pada tingkat molekul maka gambar yang tampak hanyalah bayangan gelapdan terang. Bayangan foto itu dianalisis sehingga mereka berkesimpulan bahwa molekul DNA merupakan dua benang polinukleotida yang berpilin.
2.SIFAT DNA
DNA memiliki sifat sebagai berikut:
a. Di dalam DNA jumlah basa A sama dengan T, dan jumlah basa G sama dengan C. Basa A selalu berpasangan dengan basa T dan basa G selalu berpasangan dengan basa C. Dengan demikian, didalam DNA jumlah basa A sama dengan T dan jumlah basa G sama dengan C.
b. Urutan basa dan panjang DNA tiap spesies berbeda. Urutan basa polinukleotida pada setiap spesies tidak sama. Misalnya, ada spesies yang urutan basanya A-T-T-C-G dan spesies yang lain A-A-A-T-G-C. Begitu pila panjang benang nukleotida tidak sama.
c. Setiap spesies mempunyai jumlah basa berbeda, jika diambil DNA yang sama panjangnya dari dua spesies yang berbeda, maka jumlah basa A,T,G,dan C pada dua DNA tersebut tidak sama. Jadi, setiap spesies memiliki jumlah basa tertentu. Dengan basa nitrogen yang jumlahnya hanya 4 macam (ATGC) dan DNA yang panjang, maka akan terbentuk berbagai kemungkinan urutan basa yang tak terbatas jumlahnya. Oleh karena gen tersusun dari urutan basa tertentu, maka jumlah gen pada DNA juga sangat banyak kemungkinannya, Jadi hanya dengan 4 macam basa akan terbentuk banyak gen yang menentukan sifat individu.
d. DNA merupakan molekul hidup, sifat khas dari DNA adalah dapat menggandakan diri (replikasi). Ini menandakan bahwa DNA merupakan molekul hidup. Benang DNA terdiri dari 2 utas polinukleotida, yang basa–basanya berpasangan. Pada replikasi DNA terjadi proses sebagai berikut :
1. Mula-mula 2 utas polinukleotida itu berpisah. Jembatan hidrogen yang menghubungkan basa-basa komplemen terputus. Terbentuklah masing-masing 1 utas polinukleotida
2. Masing-masing basa pada nukleotida dapt mengikatkan diri pada pasangan basa komplemennya. Bahan baku nukleotida bebas terdapat didalam sel. Jadi, nukleotida dengan basa A akan berikatan dengan nukleotida dengan basa T, Sedangkan nukleotida dengan basa G akan berikatan dengan nukleotida dengan basa C dan seterusnya T berikatan dengan A dan C berikatan dengan G.
3. Nukleotida-nukleotida baru itu, akan bersambungan membentuk polinukleotida yang komplemen dengan polinukleotida lama.
4. Jadi, utas yang lama masing-masing membentuk pasangan baru yang komplemen. Ini berarti bahwa pada peristiwa replikasi tersebut dihasilkan 2 DNA identik, masing–masing DNA terdiri dari utas polinukleotida lama dan utas polinukleotida baru. Peristiwa replikasi itu disebut replikasi semikonservatif.
e. DNA bersifat stabil, DNA bersifat stabil, tidak mudah terurai. Sifat ini untuk mempertahankan sifat sel yang mantap.
f. DNA menyimpan gen, Gen adalah sepenggal DNA yang berfungsi mengontrol sintesis polipeptida. Jadi, disepanjang DNA terdapat fragmen-fragmen DNA yang berperan sebagai gen. Panjang pendeknya gen bervariasi. Panjang pendeknya gen, menentukan panjang pendeknya molekul polipeptida yang dihasilkan. Bahan baku dari polipeptida adalah asam amino. Jumlah asam amino esensial ada 20 macam. Rangkaian asam-asam amino itulah yang merupakan molekul polipeptida. Didalam kompleks golgi, polipeptida akan dimatangkan menjadi protein. Protein yang dihasilkan sel dapat berperan sebagai protein struktural dan protein fungsional
g. Didalam DNA terdapat fragmen berulang. Disepanjang DNA terdapat fragmen-fragmen berulang yang artinya fragmen-fragmen tersebut memiliki urutan basa yanga sama. Fragmen berulang itu ditemukan oleh Reiji okazaki. Jika fragmen berulang itu gen, maka disepanjang benang DNA terdapat banyak fragmen yang berisi gen yang sama. Jadi, satu macam gen terdapat berulang kali dalam benang DNA. Hal ini dimaksudkan agar proses pembacaan gen terjadi secara serentak sehingga proses sintesis polipeptida berlangsung dalam jumlah yang banyak.
Transkripsi DNA Membentuk RNA
Selain mampu melakukan replikasi semikonservatif DNA juga mampu mengkopi dirinya menghasilkan RNA dengan bantuan enzim RNA polimerase. Prosesnya disebut trankripsi DNA (menyalin diri atau mengkopi diri). Caraya adalah sebagai berikut:
  1. Enzim RNA polimerase menempel ke suatu bagian DNA yang disebut promoter. Selain itu, 2 utas DNA berpisah. Pemisahan DNA tidak terjadi diseluruh DNA melainkan pada fragmen-fragmen yang berisi gen yang sama.
  2. Salah satu untai DNA berfungsi sebagai pencetak atau sense, yang lain tetap sebagai gen atau antisense. Misalnya pencetak memiliki urutan basa G-G-C-T-T-A, sedangkan yang berfungsi sebagai gen memiliki urutan basa komplemen C-C-G-A-A-T. Oleh karena pencetaknya G-G-C-T-T-A maka RNA hasil cetakannya adalah  C-C-G-A-A-U. Coba perhatikan, RNA hasil transkripsi itu, lebih mirip kepada sense atau antisense?  RNA C-C-G-A-A-U merupakan kopi dari C-C-G-A-A-T (gen), dan merupakan komplemen dari pencetak. Perlu diperhatikan bahwa, RNA tidak memiliki basa timin (T) dan sebagai gantinya adalah urasil (U) yang memiliki struktur kimia hampir sama dengan T. Dengan melakukan transkripsi (pengkopian) urutan basa pada gen disalin  menjadi urutan basa pada RNA. Proses ini berlangsung di dalam nukleus, DNA tetap berada didalam nukleus, sedangkan hasil transkripsinya dikeluarkan dari nukleus menuju ke sitoplasma. Ini dimaksudkan agar gen asli tetap terlindungi, sementara hasil kopinya ditugaskan untuk melaksanakan pesan-pesan yang dikandungnya. Pesan-pesan itu berupa urutan basa nitrogen yang ada di RNA. Jika RNA rusak, akan segera diganti dengan hasil kopian yang baru.
RNA (Ribosa Nukleic Acid)
RNA dibentuk oleh DNA melalui proses transkripsi. Berikut akan diuraikan tentang struktur RNA dan macam RNA. Benang RNA merupakan benang polinukleotida tunggal yang tersusun atas:
1.    Gugusan gula yang terdiri dari gula ribosa
2.    Gugusan asam fosfat yang terikat pada atom C nomor 5 dari gula
3.    Gugusan basa nitrogen yang terikat pada atom C nomor 1 dari gula
Basa nitrogen RNA tersusun dari:
1.    basa purin, yaitu Adenine( A) dan Guanine (G)
2.    basa pirimidin, yaitu Sitosin (C) dan Urasil (U)
Ada tiga macam RNA utama, yaitu RNA duta (RNA-d), RNA ribosom (RNA-r), dan RNA transfer (RNA-t). Semua RNA tersebut dihasilkan oleh DNA melalui proses transkripsi. Selain itu terdapat juga RNA katalitik yang disebut ribozim. Fungsi ribozim ialah untuk mempercepat reaksi. RNA mudah terurai sehingga sel akan terus memproduksinya.
Berikut ini akan di bahas ketiga macam RNA yaitu:
  1. RNA-d pembawa kode genetika
RNA-d (mRNA = messenger RNA) merupakan polinukleotida tunggal berbentuk linier (memanjang) yang mengandung urutan basa tertentu. RNA-d di sintesis di dalam nukleus melalui transkripsi oleh DNA pencetak. RNA-d membawa informasi pengkode menuju ribosom yang merupakan tempat sintesis protein. Molekul RNA-d yang mengandung sejumlah kodon untuk proses penyusunan satu rantai polipeptida dinamakan  satu sistron. RNA-d yang ukurannya cukup panjang, yang berfungsi menyusun beberapa rantai polipeptida, disebut RNA-d polisistronik. Panjang pendeknya RNA-d berhubungan dengan panjang pendeknya rantai polipetida yang akan disusun. Urutan asam amino yang menyusun rantai polipetida itu sesuai dengan urutan kodon yang terdapat di dalam molekul RNA-d yang bersangkutan. Setiap tiga  urutan basa  memiliki fungsi membawa kode genetik atau kodon. Setiap kodon berfungsi memanggil satu macam amino. Semakin banyak macam kodon yang terkandung di dalam RNA-d, akan semakin banyak macam asam amino yang menyusun polipetida yang disintesis. RNA-d yang memiliki kodon sekitar 900-1500 dapat membentuk sebuah rantai polipetida yang rata-rata terdiri atas 300-500 asam amino.
RNA-d sel prokariota dan sel eukariota.
Pada sel-sel prokariota, ukuran RNA-d pendek dan mengalami degradasi (perusakan) dengan cepat. Di dalam bakteri E. coli, misalnya, umur RNA-d rata-rata dua menit, dan setelah itu molekulnya terurai oleh enzim ribonuklease. Inilah yang menjadi sifat khas dari RNA-d, yakni cepat dibuat dan cepat pula diuraikan. RNA-d di dalam sel-sel eukarioa lebih stabil dari pada RNA-d sel-sel prokariota. Umurnya juga lebih panajng hingga mencapai beberapa jam bahkan beberapa hari.
RNA-t Menerjemahkan Sandi Genetika ke Dalam Urutan Basa Polipeptida.
RNA-t adalah RNA pembawa yang berfungsi membawa asam amino yang akan disintesis menjadi polipetida ke dalam ribosom. RNA-t juga berfungsi menenpatkan asam amino di tempat yang tepat pada rantai polipeptida. Kodon yang ada ada RNA-d tidak dapat secara langsung memanggil asam amino untuk dirangkai menjadi polipeptida. Untuk memanggil asam amino, RNA-d dibantu oleh RNA-t yang dapat mengidentifikasi asam amino, mengikatnya dan kemudian mengangkutnya. Jadi tugas  RNA-t  adalah mendatangi kode genetik (kodon) pada RNA-d sambil membawa asam amino yang sesuai.
RNA-t merupakan molekul berukuran kecil, terdiri dari 75-90 unit nukleotida. RNA-t membentuk lipatan karena beberapa basa komplemennya berpasangan, mengakibatkan bentuknya menyerupai daun semanggi. Antikodon merupakan komplemen dari kodon pada RNA-d. Pada sintesis polipetida, RNA-d masuk ke dalam celah ribosom sambil mengeluarkan sandi genetika. Karena adanya kode-kode itu, RNA-t datang ke ribosom sambil membawa asam amino khusus pula. Selanjutnya, asam amino dirangkai hingga menjadi polipetida.
Tahap 1: transkripsi RNA-d
Proses transkripsi ini berlangsung di dalam nukleus. Mula-mula, sebagian dari double helix DNA membuka karena di pengaruhi oleh enzim RNA polymerase. Setelah double helix DNA sebagian membuka, maka RNA-d dibentuk sepanjang salah satu pita DNA itu. Basa pada RNA-d ini komplemen dengan basa penyusun pita DNA itu. Jadi, jika urutan basa pada pita DNA adalah CTCGACTAA, maka urutan basa pada RNA-d adalah GAGCUGAUU. RNA polymerase dapat menambahkan nukleotida hanya memanjang ke satu arah. Urutan nukleotida spesifik di sepanjang DA menandai lokasi dimana transkripsi suatu gen dimulai dan diakhiri. Molekul RNA yang telah menyalin nukleotida dari DNA atau dengan kata lain RNA-d yang telah membawa pesan atau melalui tiga tahap yaitu: inisiasi (permulaan), elongasi (pemanjangan) dan terminasi (penghentian).
a.   Inisiasi (permulaan)
Daerah pada DNA dimana RNA polymerase melekat dan mengawali transkripsi disebut sebagai promoter. Sebuah promoter merupakan titik awal transkripsi yaitu suatu nukleotida dimana sintesis RNA sebenarnya dimulai. Ketika enzim polymerase terikat pada DNA promoter, kedua untai DNA menyiapkan diri, kemudian proses transkripsi dimulai. Transkripsi hanya terjadi disepanjang rentangan DNA tertentu yang disebut unit transkripsi.
b.       Elongasi (pemanjangan)
Saat enzim RNA polymerase bergerak di sepanjang unit transkripsi DNA, enzim tersebut terus membuka double helix DNA. Kira-kira terdapat 10-20 basa DNA yang berpasangan dengan nukleotida RNA yang terbentuk. Kemudian RNA polymerase menambahkan nukleotida di ujung 3’ molekul RNA. Pada saat sintesis RNA berlangsung, duble helix DNA terbentuk kembali.
c.        Terminasi (penghentian)
Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA yang disebut terminator. Yaitu suatu urutan DNA yang berfungsi sebagai penghenti. Setelah selesai, RNA yang terbentuk dilepaskan dari cetakan dan RNA polimerase dilepaskan.
Transkripsi DNA akan menghasilkan RNA, salah satunya ialah RNA-d (RNA-duta). Pada organisme eukariota, RNA–d yang dihasilkan itu tidak langsung dapat berfungsi dalam sintesis polipetida, sebab masih mengandung segmen-segmen yang tidak berfungsi, yang disebut intron. Sedangkan segmen-segmen yang berfungsi untuk sintesis protein disebut ekson.
Di dalam nukleus terjadi pematangan atau pemasakan RNA-d yaitu dengan jalan melepaskan segmen-segmen intron dan merangkaikan segmen-segmen ekson. Gabungan segmen-segmen ekson membentuk satu rantai atau utas RNA-d yang mengandung sejumlah kodon untuk penyusunan polipetida. Rantai RNA-d ini dikenal sebagai sistron.
Tahap 2: Translasi (penerjemahan)
 Dalam proses translasi (translation= penerjemahan), suatu sel menginterpretasi suatu pesan genetik dan membentuk polipetida yang susuai. Pesan yang diterjemahkan berupa serangkaian kodon di sepanjang molekul RNA-d, sedangkan penerjemahnya adalah RNA-t. Fungsi RNA-t adalah mentransfer asam amino-asam amino dari sitoplsma ke ribosom. Ribosom menambahkan tiap asam amino yang dibawa oleh RNA-t ke ujung rantai polipeptida yang sedang memanjang. Ribosom juga memberikan permukaan yang cocok untuk tempat melekatnya RNA-d  dan merakit asam amino menjadi protein.
Asam amino dalam sintesis  polipeptida perlu diaktivasi terlebih dahulu oleh ATP, aktivasi asam amino berlangsung dengan bantuan enzim aminosil RNA-t sintetase. Selain itu, tiap asam amino mengikatkan diri pada RNA-t yang sesuai dengan dibantu oleh enzim spesifik ini juga. Artinya, paling sedikit ada 20 enzim semacam ini di dalam sel, satu enzim untuk tiap asam amino.
RNA-d yang telah ditranskripsi dari DNA, segera meninggalkan nukleus melalui membrane nukleus dan menuju ke ribosom di dalam sitoplasma. Setelah sampai di ribosom, maka 3 nukleotida dari RNA-t yang disebut antikodon berpasangan dengan 3 basa dari RNA-d yang disebut kodon. Misalnya kodon RNA-d UUU yang diterjemahkan (ditranslasi) sebagai asam amino fenialanin akan berpasangan dengan antikodon AAA dari RNA-t yang membawa fenilalanin. Pada saat RNA-d meluncur melalui ribosom, fenilalanin akan ditambahkan pada rantai polipeptida. Informasi genetic akan ditranslasi kodon demi kodon. RNA-t bergantian datang sambil membawa asam amino. Asam amino-asam amino itu ditambahkan pada rantai polipetida sehingga polipetida semakin panjang. RNA-t yang telah melepaskan asam amino, kemabali ke sitoplasma untuk mengulangi fungsinya.

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia

Sejarah Kurikulum Indonesia
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
a. Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial
Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
b. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi yaitu: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
c. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran seperti: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya sembilan mata pelajaran.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Menurutnya, Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. .Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Penekanan dalam Kurikulum 1968, pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik.
d. Kurikulum 1975
Dalam kurikulum ini menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, yang dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dalam pelaksanaannya banyak menganut psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi menjadi petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru menjadi sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran, hal ini membuat pekerjaan guru semakin berat.
e.    Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach, yaitu kemampuan demi mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta-sekarang Universitas Negeri Jakarta-periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional, didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.

f.     Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1993, disinyalir bahwa pada kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar yang  kurang memperhatikan muatan pelajaran, sehingga lahirlah sebagai penggantinya adalah kurikulum1994. Ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya adalah pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dalam pelaksanaan kegiatan guru harus memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.Untuk  mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen dan penyelidikan. Dan dalam pengajaran suatu mata pelajaran harus menyesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994, muncul beberapa permasalahan  terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya adalah beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.  Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan adalah diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Hasilnya Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
g.    Kurikulum 2004
Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Dengan dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, sehingga sebagai konsekuensi logis harus terjadi juga perubahan struktural dalam penyelenggaraan pendidikan, maka bersamaan dengan hal tersebut terjadilah perubahan lagi pada kurikulum pendidikan.Kurikukum yang dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard performance yang telah ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu KBK sebagai pedoman pembelajaran. Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang, maka pendidikan di sekolah dititipi seperangkat misi dalam bentuk paket-paket kompetensi.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002a).
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah sebagai berikut.
1.      Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai   konteks.
2.      Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten.
3.      Kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.
4.      Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum. KBK berorientasi pada:
1.      Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan
2.      Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya
(Puskur, 2002a). Rumusan kompetensi dalam KBK merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; pengembangan sistem pembelajaran.
e.         KTSP 2006
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi, yaitu:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
·           Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
·           Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
·           Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis kompetensi sebelumnya (versi 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikan sesuai karakteristik Satuan Pendidikan dan keberadaannya, dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi–misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajarannya.